
Gunung Es Rakasa Pecah, Ilmuwan Khawatir Dampaknya untuk Iklim & Ekosistem
Gunung Es Rakasa Pecah, Ilmuwan Khawatir Dampaknya untuk Iklim & Ekosistem
rumahsehatindonesia.com – Potongan es raksasa yang dikenal sebagai A23a—dulu merupakan gunung es terbesar di dunia—kini hancur drastis. Sejak Mei 2025, ia kehilangan sekitar 80% massanya. Para ilmuwan dari British Antarctic Survey (BAS) mengkhawatirkan implikasi besar dari kehilangan ini terhadap kelestarian laut, arus, dan kenaikan permukaan air global. Artikel ini membahas secara rinci fenomena dramatis tersebut, temuan ilmiah, serta potensi efek domino bagi planet kita.
Apa yang Terjadi dengan A23a?
1. Sejarah dan Besarnya A23a
A23a berasal dari Filchner–Ronne Ice Shelf di Antartika dan sempat menjadi gunung es terbesar di dunia, menempati area sekitar 3.500 km². Di tahun 2020, ia mulai bergerak setelah bertahun‑tahun terjebak di dasar laut.
2. Kehancuran Mengejutkan di Tahun 2025
Per September 2025, target pengamatan satelit menunjukkan bahwa A23a menyusut menjadi hanya sekitar 656 mil persegi, atau tinggal 20% dari ukuran semula—kurang lebih sebesar kota Houston.
3. Ancaman Perubahan Cepat dan Potongan Es Mengambang
Ilmuwan memprediksi A23a akan sepenuhnya hancur sebelum akhir tahun—akhirnya runtuh seperti avalanche es. Meski iceberg mengapung tidak menaikkan muka air secara langsung, hilangnya penghalang es ini memudahkan gletser daratan mencair dan menyumbang kenaikan permukaan air laut.
Mengapa Kejadian Ini Jadi Keprihatinan Ilmuan?
1. Hilangnya Stabilitas Lembaran Es
Iceberg besar seperti A23a berfungsi sebagai “penahan” bagi gletser darat. Dengan pecahnya A23a, gletser-gletser utama dapat meluncur lebih cepat ke laut, mempercepat kenaikan permukaan air laut global.
2. Dampak pada Habitat Laut & Arus Laut
Pecahan es besar merubah kondisi fisik dan kimia di antara lapisan laut—mengganggu arus dan distribusi nutrisi. Perubahan tersebut berpotensi mengancam kehidupan laut lokal, yang bergantung pada keseimbangan suhu dan salinitas. Hal serupa terpantau saat A-68A meleleh dan mengubah struktur air serta populasi plankton.
3. Sinyal Risiko Budaya Es yang Meluas
Bukan hanya A23a, banyak rak es Antartika lainnya juga terus menyusut—sekitar 68 dari 162 rak es laut menurun drastis sejak 1997, memperkuat sinyal bahwa sistem iklim kutub sedang rapuh.
Tantangan Ilmiah & Prospek Masa Depan
1. Perlunya Pemantauan dan Pemodelan Lebih Tepat
Ilmuwan kini memetakan 332 ngarai dasar laut Antartika sebagai salah satu jalan memahami bagaimana es mencair dan memengaruhi arus global. Pemetaan ini memegang kunci untuk memperbaiki prediksi iklim ke depan.
2. Indikasi Perubahan Suhu dan Cuaca Lebih Ekstrem
Fenomena angin hangat (föhn) di kutub telah mendorong lapisan es menipis dengan cepat—menghilangkan lapisan salju insulasi dan mempercepat pembentukan kolam air di atas es hingga memicu keretakan struktur.
3. Respon Global Diperlukan Segera
Kini perlu langkah mitigasi: membatasi emisi karbon, meningkatkan pemantauan perubahan es secara real-time, dan menjaga kesadaran global terhadap ancaman bencana iklim seperti banjir pesisir dan kerusakan ekosistem laut.
Penutup — Saat Besarnya Es Turun, Bahaya Merambat
Pecahnya gunung es A23a bukan hanya headline media—itu adalah panggilan alarm bagi dunia. Hilangnya penghalang es besar mempercepat proses alami yang bisa memacu naiknya permukaan laut dan mengacaukan laut, iklim, serta kehidupan pesisir. Dunia perlu bergerak cepat—menggabungkan ilmu pengetahuan, kebijakan, dan aksi kolektif—sebelum lebih banyak gunung es pecah dan dampaknya kian menghancurkan.