Titiek Soeharto Minta Stok Beras Bulog Segera Disalurkan, Ini Alasannya
3 mins read

Titiek Soeharto Minta Stok Beras Bulog Segera Disalurkan, Ini Alasannya

rumahsehatindonesia.com – Ketua Komisi IV DPR RI, Titiek Soeharto, kembali membuat gebrakan di panggung politik pangan tanah air. Kali ini, ia menyoroti masalah mendesak soal stok beras di gudang Bulog yang bisa jadi mubazir jika dibiarkan terlalu lama—potensi merugikan triliunan rupiah! Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Bapanas pada 4 September 2025, menurutnya stok beras seharusnya segera disalurkan agar tak jadi sampah makanan. Mari kita gali lebih lanjut kronologi, data potensi kerugian, respons Bapanas, dan implikasi wider di sektor pangan.

Chronology & Alasannya Mendesak

Titiek menegaskan bahwa stok beras Bulog seharusnya terus berputar, tidak ‘ngendon’ di gudang lebih dari setahun. Penyimpanan terlalu lama bisa merusak kualitas beras dan berujung rugi besar. Ia memberi contoh, 100.000 ton beras rusak saja bisa bikin kerugian sekitar Rp 1,2 triliun.

Dia menekankan bahwa Bapanas punya wewenang penuh untuk minta Bulog mempercepat distribusi, “jangan cuma biar cadangan besar, tapi akhirnya harus dibuang” katanya lugas.

Sebelumnya, Ombudsman RI juga pernah memperkirakan kerugian hingga Rp 7 triliun akibat manajemen CBP yang kurang efektif—dengan sejumlah besar stok yang sudah lebih dari enam bulan disimpan dan potensi disposal mencapai ratusan ribu ton.

Data Stok & Potensi Kerugian

Menurut data yang dipaparkan saat sidang, stok CBP Bulog tercatat mencapai 3,9 juta ton per September 2025.

Dari jumlah itu, sekitar 194.100 ton atau 5% stok sudah lebih dari satu tahun. Ini mengindikasikan risiko tinggi terhadap kualitas—apalagi jika tidak segera disalurkan.

Data umur stok lainnya:

  • 318.996 ton (1 bulan),

  • 1,06 juta ton (2–3 bulan),

  • 1,33 juta ton (4–6 bulan),

  • 993 ribu ton (7–12 bulan),
    semuanya jadi alasan kuat kebutuhan manajemen first in, first out.

Respons Bapanas & Upaya Distribusi

Merespons tekanan DPR, Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menyatakan distribusi sudah berjalan cukup masif.

Dalam dua bulan terakhir, sebanyak 361.000 ton untuk bantuan pangan dan 120.000 ton melalui program SPHP telah disalurkan.

Untuk SPHP, kapasitas penyaluran mencapai sekitar 6.000 ton per hari, dan rencana untuk menaikkannya hingga 10.000 ton per hari sudah disiapkan dengan memperluas jaringan distribusi ke pasar tradisional, BUMN pangan, dan ritel modern.

Implikasi Politik & Ketahanan Pangan

Stabilitas Harga & Ketersediaan

Dengan distribusi yang cepat, stok lama dipastikan tidak membusuk, stabilkan pasokan, dan bantu menekan harga pasar. Terbukti, sejak Agustus, harga gabah dan beras menunjukkan tren penurunan di beberapa wilayah.

Perlindungan Negara dari Kerugian

Koordinasi semacam ini penting untuk menghindari kerugian negara hingga triliunan rupiah jika stok rusak. Modal sosial dan ekonomi bisa terselamatkan.

Pesan Kuat ke Publik & Lembaga

Titiek mengirimkan sinyal tegas: DPR tidak toleran terhadap miskin manajemen pangan. Bapanas dan Bulog harus bertindak cepat dan transparan.

Penutup – Ringkasan & Langkah Berikutnya

H3: Ringkasan

  • Titiek Soeharto desak Bapanas untuk segera salurkan stok beras Bulog—jangan disimpan lebih dari setahun karena bisa rusak dan menimbulkan kerugian besar.

  • Data menunjukkan 194 ribu ton beras tua masih di gudang Bulog dan total CBP mencapai 3,9 juta ton.

  • Bapanas sudah mengirim ratusan ribu ton beras dalam bantuan pangan dan SPHP, dengan target distribusi harian lebih tinggi.

Langkah Selanjutnya

  1. Transparansi lebih lanjut soal alur distribusi, para pihak perlu laporkan capaian dan kendala real-time.

  2. Media dan lembaga awasi terus, pastikan stok lama benar-benar didistribusikan, bukan diabaikan.

  3. DPR dan BPK bisa mendorong audit manajemen stok untuk optimalisasi keuangan publik.

  4. Hadirnya teknologi monitoring stok, seperti panel harga atau dashboard distribusi, akan memperkuat sistem kontrol dan kepercayaan publik.